Sabtu, 24 Desember 2011

I’m waiting for the next dating . . .

            Drrrr.. drrrtt.. HP bentuk tempe penyet yang ada digenggaman Ara bergetar, rupa-rupanya ada sms masuk.
“ Ra. . .” tulis dalam pesan singkat tersebut. SMS ini datang dari Ari kakak angkatan Ara yang sejak 5 bulan terakhir ini gemar SMS-an dengan Ara. 
“ Iya, what’s wrong, do u wanna share something?” balas ara sumringah.
Gaya SMS-an Ara memang selalu dicampur dengan Bahasa Inggris bukan bermaksud sok gaul tapi karena tuntutannya sebagai seorang mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris yang harus mengaplikasikan ilmunya dalam setiap kesempatan. SMS berlanjut membahas hal-hal yang tidak penting atau mungkin sesuatu yang dipenting-pentingkan agar Ara bisa lebih intensive komunikasi dengan Ari, sang kakak angkatan yang dianggapnya memang sosok yang uncommon dan luar biasa ini.
            Sejauh ini, hubungan mereka yang terliat biasa-biasa saja selayaknya hubungan pertemanan antara senior dan junior lainnya. Tak ada kata-kata special yang diucapkan baik dari Ari maupun Ara, tak ada pembicaraan yang khusus dan serius dari hati ke hati, semua terlihat datar dan biasa-biasa saja. Namun, sebenarnya Ara menyimpan segumpal rasa yang bergejolak di dalam dadanya.
It’s like a chocolate without sugar and milk” gumam Ara sendirian di dalam kamar sambil senam jari SMS-an sama sang Kakak ini. Hatinya begitu bergejolak ketika mulutnya selalu tak bisa menyampaikan apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya. Yah, seperti yang dia katakan tadi coklat tanpa gula dan susu, PAHIT.
***


            Suatu hari, di kampus Ara.
“Ya Ampun, kunci motorku tertinggal di basecamp” ucap Ara panik. Ara memang seorang mahasiswi yang gemar berorganisasi dengan tujuan yang sangat simple menghabiskan waktu, punya tempat nongkrong atau bahasa kerennya adalah basecamp dan bersenang-senang yang positif. Sekembalinya dari mengambil kunci motor, tak disangka di bawah tangga ada sesorang yang sedang berdiri dan mendengarkan suara menggelegar dari tangga. Yah, Kak Ari ternyata sangat mengenali suara Ara yang memang menggelegar itu.
“Ra….!” Panggilnya senada dengan teriakan Ara tadi.
“Ehh… Kak Ari” balas Ara sembari menahan kecamuk dalam hatinya.
“Sudah ku tebak pasti kamu datang, suaranya familiar banget” ucap Ari dengan nada santai.
“hehehe. Maklum panik! Kok Kak Ari ada di disini, ada acara apa?”  balas Ara dengan raut wajah berpura-pura santai dan menyembunyikan kegundahannya. Ari memang satu Universitas dengan Ara tapi mereka berbeda jurusan. Jadi terlihat aneh ketika Ari ada di seputaran kampus Ara.
“ Ada urusan sama temen-temen organisasi” jawab Ari.
Karena tugas Ara untuk ngajar ekstrakulikuler di sebuah SMA, Ara memutuskan untuk segera pergi padahal dalam hatinya masih sangat ingin bersama dengan Ari yang memang sangat jarang ditemui.
***
            Kamis malam dalam sebuah pengajian di tetangga rumah Ara, Ara dan teman-teman sinoman* dengan seragam merah menyala itu duduk di deretan tamu-tamu atas permintaan tuan rumah agar kursinya terlihat penuh. Sambil mendengarkan pengajian yang tidak begitu menarik menurut kebanyakan anak muda, Ara autis dengan HP tempe penyetnya.
Haduuuh… di saat-saat kayak gini (nunggu pengajian) enaknya ada yang SMS neh, biar gag nglangut” gumam Ara pada teman di sebelahnya.
“Makanya punya pacar dong Ra biar pulsanya kepake” balas sahabat kecil Ara dengan nada 100% menghina.
“Wah ngajakin perang ceritanya!” jawab Ara sambil sedikit tertawa.
Tak lama kemudian HP Ara bergetar, sebelum membuka SMS Ara pun tersenyum karena di desktop HPnya bertuliskan :
I new message
Kak Ari
22.36
 Ternyata SMS itu datang dari Kak Ari.
“Ra . . .” tulis Ari dalam SMSnya, gaya menyapa seperti ini adalah gaya andalan Ari setiap kali SMS Ara.
Pembicaraan lewat huruf-huruf itu berlangsung cukup seru dan mampu membuat Ara cengengas-cengenges di deretan kursi tamu yang sedang hikmat mendengarkan pengajian. Sampailah pada satu SMS yang membuat Ara sedikit terkejut.
“ Sabtu sore ada waktu gag?makan bareng yuk!” tulis Ari dalam SMSnya.
Sebenarnya Ara tak mau berpikir panjang untuk segera menjawab IYA, tapi perasaannya masih bisa dikendalikan oleh logikanya.
“Emm… Sabtu.. kayaknya kosong tapi lupa.. moga-moga aja bisa” balas Ara.
“Ok, besok kalau kosong langsung sms ya” jawab Ari singkat.
                                                                        ***
            Sampailah pada hari sabtu yang sebenarnya dinanti-nanti oleh Ara tapi selalu ia sembunyikan. Sekali lagi, Ara bisa dibilang pembohong ulung tapi bukan konteks pembohong yang negatif. Ara pandai sekali menyembunyikan perasaannya bahkan dia cenderung lebih senang menyakiti diri sendiri dengan selalu berpura-pura tidak memberikan tanda yang baik pada setiap laki-laki yang mendekatinya.
Sesuai janji Ara, kalau dia kosong hari ini dia akan SMS Ari.
I’m free today :) ” tulisnya dalam pesan singkat. Sebelum ia kirimkan SMS itu, Ara dengan gaya lebay setengah mati berpikir dari sabang sampai merauke. “ Aduh, nanti kalau aku SMS dia ngirain gampangan gag ya, jangan-jangan setelah aku SMS dia berfikir ngebet banget seh ne cewek ” gumam Ara dalam hati sambil begerak-gerak seolah duduknya sama sekali tidak nyaman.
“OK! Jam 4 di Warung Apung ya” balas Ari dalam SMSnya. Jleg, dug dug dag dig.. jantung Ara berdetak gag karuan.
Sambil harap-harap cemas menunggu jam 4 datang Ara membunuh waktunya dengan datang ke kost sahabat dekatnya yang bernama Bronda.
***
            “Brond, tau gag  aku mau kemana? Kak Ari ngajak aku makan” cetus Ara memulai pembicaraan di kamar kos 3 x 4 yang tampak sedang dibersihkan pemiliknya itu.
“Iya.. woow, selangkah lebih maju ini” kata Bronda mwnjawab dengan kerlingan mata.
Sembari menunggu datangnya jam 4, Ara dan Bronda mercerita banyak tentang kisah perjalanan cinta mereka yang luar biasa, yah luar biasa berliku dan menantang. Ara dan Bronda adalah dua makhluk Tuhan yang cantik, cerdas, aktif, popular namun sedikit kurang berpengalaman dalam hal menghadapi cowok. Ara dan Bronda bisa dibilang sedang mengamati dan mencari-cari ilmu lalu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata tentang bagaimana harus berlaku dengan cowok.
Neh pake bedaknya biar ga kucel!” cetus Bronda sembari menyodorkan bedak yang sering dipakainya.
Sambil mengerutkan dahi dan sedikit menjontorkan bibir Ara menjawab “Ampun, gag usah berlebihan deh, he is not really special!”. Dalam hati Ara berbisik, “Luar biasa sekali sahabatku ini”.
***
            Kurang dari 15 menit Ara sampai di tempat mereka janjian, tempat itu memang tak begitu jauh dari kost Bronda. Sekuat tenaga Ara menghapus perasaan nervous nya sambil terus memegang erat stang motornya dengan harapan tangannya gag akan dingin pas salaman nanti.
“Langsung masuk aja yaa, aku  ada di gazebo paling ujung” pesan singkat dari Ari yang dibaca Ara pas sampai di parkiran. Mungkin kalau anak ABG yang ada di posisi ini, mereka justru akan santai dan bingar. Tapi ini dua manusia yang boleh di bilang dewasa tapi sama-sama blur dengan apa yang sebenarnya sedang mereka jalin. Jadi perasaan Ara saat ini sangat gado-gado, sudah bedain antara tahu ama sambel kacang, BERKECAMUK!
            Rumah Makan dengan background sawah dan kolam ikan yang tampak agak kurang terawat itu membuat Ara sedikit dapat menetralisir perasaan berkecamuk di hatinya, suara kodok dan gemercik air sungai yang mengalir menambah rasa nyaman Ara akan tempat itu. Obrolan Ara dan Ari di mulai dengan isu-isu kampus yang sedang merebak sampai pada obrolan-obrolan kecil tentang identitas masing-masing, pekerjaan orang tua, dulu sekolah dimana dan obrolan yang gag penting lainnya.
Ara dan Ari memang sudah agak lama saling mengenal tapi untuk ngobrol berdua dengan waktu yang khusus sangat jarang mereka lakukan. Jadi bisa dibilang pertemuan kali itu adalah pertemuan empat mata pertama mereka. Sampai waktu berjalan sekitar 1 jam, pertanyaan besar muncul dalam hati Ara, “Apa ya  yang Kak Ari rasakan sekarang, dari tadi datar-datar aja, dia tak sama sekali membahas atau bertanya yang serius dan lebih private seperti yang kuharapkan” gumam Ara dalam hati.
“ Ra, aku pernah baca status facebookmu, menurutku menarik” ucap Ari sambil menyisir lele bakar yang dipesannya.
“Status yang mana ya Kak, Ara kan cukup rajin posting status  di facebook” jawab Ara sok imut dengan menyebutkan namanya sendiri dalam pembicaraan.
“Yang ini : aku tak menginginkan yang utuh karena aku tahu ketidakutuhan itu akan memberikanku kesempatan menjadi bagian darinya yang sedang memperjuangkan keutuhan ” cetus Ari sambil sesekali menatap tajam mata Ara.
Dengan sedikit kebingungan Ara memberanikan mulutnya bergerak untuk menjawab pertanyaan Ari.
Emm… menurut Kak Ari bagus gag” balas Ara, hanya kata ini yang mampu Ara ucapkan sambil menyiapkan materi pembicaraan lain dengan gaya panik layaknya seorang pembicara seminar yang lupa materinya.
“Aku sebenernya catch pointnya, konsep jodohmu kayak gitu ya, well-hearted banget ya kamu” balas Ari dengan mata nanar mengarah ke Ara dan sedikit melemparkan senyumnya.
“Aku memang selalu memimpikan “dia” yang membutuhkanku ka, biar nanti dia lebih menghargai aku bukan sekedar jadi pelengkap hidupnya tapi bener-bener jadi bagian dari jiwanya, ya pokoknya gitu deh” balas Ara dengan harapan Ari akan merekam kata-katanya dan kelak akan balik bilang ke Ara “Aku adalah orang yang membutuhkanmu untuk mencapai keutuhan itu, Ra”.
Tak sedikitpun Ari mengeluarkan kata dia hanya tersenyum sambil menatap Ara tajam penuh arti.
***
            Selapas pulang dari first date dengan Ka Ari, the uncommon man itu, Ara tak henti-hentinya bersyukur di sepanjang perjalanan pulang. Menurutnya apapun yang akan terjadi kelak hari ini adalah awal dia mengenal sosok uncommon man yang menurutnya seperti durian terlihat tidak manis dari luar tapi begitu manis di dalam. Sosok yang tidak begitu serius dan rapi tapi begitu rapi saat bertutur dan bertindak. Sambil terus hatinya mendesak logikanya untuk menebak perasaan Ari ke Ara. “Ka Ari ada feeling gag ya sama aku”. Ara punya keyakinan bahwa menebak bukanlah hal yang menyenangkan, tebakan sekalipun berdasarkan bukti tidak akan memberikan jawaban indah setelahnya kecuali ada konfirmasi dari pelakunya. Jadi dia segera men- stop gumaman-gumaman akan hal itu di hatinya.
Lalu kalimat yang dia bisikan dalam hati dia ganti dengan kalimat-kalimat ini:
 “Alhamdulillah, Kau hadiahkan hari ini untukku, semoga esok lebih indah dari hari ini, jika hari ini aku mengerti betapa pahitnya berpura-pura semoga besok aku mengerti manisnya cinta yang ikhlas dengan atau tanpa dia ketahui.. Kak Ari, I am waiting for the next dating… “

Yogyakarta, Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar